Senin, 14 September 2009


Perguruan Islam Terpadu Baitussalam bertujuan untuk menumbuh-kembangkan potensi fitrah anak didik secara utuh dan menyeluruh. Meliputi aspek ruhiyah, aqliyah dan jismiyah. Atau juga sering disebut meliputi aspek spiritual, intelektual dan emosional. Diharapkan dari proses pembelajaran di Sekolah Islam Terpadu (Integral Islamic School) ini, lahir generasi yang memiliki keseimbangan atau kesatu-paduan (integrasi) antara ketiga aspek tersebut. Sekolah Islam Terpadu merupakan ladang pertumbuhan karakter dasar berupa karakter keagamaan (syaksiyah Islamiyah), karakter pembelajar dan karakter terampil serta mandiri. Sehingga generasi yang lahir nantinya adalah generasi yang berakhlaq luhur, bertanggung jawab Memiliki keinginan untuk maju terus menerus dan memiliki jiwa kemandirian yang mampu bertarung secara kompetitif dalam kehidupan di masyarakat modern. Sekolah IslamTerpadu ini juga akan menjadi mitra orang tua yang mengharapkan putra-putrinya siap untuk menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan jati dirinya sebagai muslim sejati.
Perguruan Islam Terpadu Baitussalam adalah salah satu lembaga pendidikan formal alternatif menerapkan model full day school negara-negara maju yang serius menyiapkan lahirnya generasi unggul. Berbeda dengan kebanyakan sekolah umum metodologi pembelajan di TKIT Baitussalam dan SDIT Baitussalam Cangkringan tidak menjadikan guru sebagai pusat belajar bagi para siswa.Anak-anak diajarkan untuk mencari dan mengolah sendiri berbagai hal yang disediakan oleh alam sekitar untuk memperoleh ilmu. Pendidikan tidak hanya berfokus kepada kemampuan akademik anak tapi juga eksplorasi potensi, pengembangan minat, bakat dan keunikan pada masing-masing anak melalui kurikulum pendidikan dari Diknas (KTSP) diperkaya dan diselaraskan dengan kurikulum pendidikan Islam tepadu yang senantiasa menekankan arti pentingnya fikrah insani, pengembangan potensi serta kemanfaatan bagi lingkungan (rahmatan lil alamin), keseimbangan antara ruhiyah, aqliyah dan jasadiyah, keterpaduan antara ilmu duniawi dan ukhrowi, optimalisasi kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan kecerdasan social dimana setiap proses belajar siswa akan diajak untuk berinteraksi langsung dengan alam. Sebagai media Belajar setiap harinya, proses pengenalan alam akan disisipkan didalam setiap mata pelajaran.
Kelebihan system pendidikan ini anak dikondisikan untuk tidak terpaku hanya pada teori. Mereka boleh mendapatkan pengalaman langsung dari pengetahuan yang mereka pelajari di alam. Belajar aktif dengan situasi, kondisi, serta komunikasi antara siswa dan guru yang menyenangkan diharapkan memberi motifasi belajar yang besar. Selain memanfaatkan dan berinteraksi langsung dengan alam untuk belajar mengajar, banyak hal unik mengiringi sekolah model ini, semisal sisw tidak diwajibkan menggunakan sepatu, mengingat porsi berada diruang kelas dan luar ruang sama banyaknya. Selain itu dalam mempelajari suatu obyek tidak mutlak pengotakan bidang studi saja, artinya ketika menelaah suatu obyek guru dapat mengaitkannya dengan berbagai bidang studi. Dengan begitu anak akan lebih mudah menyimpan dalam memorinya.Ruang kelaspun tidak membosankan karena dibuat semi terbuka.
Melalui konsep sekolah alam ini TKIT Batussalam dan SDIT Baitussalam Cangkringan mencoba memberi nuansa baru mengenai transanfer ilmu pengetahuan bagi anak Dimana didalam konsep system pendidikannya menerapkan pemahaman bahwa alam semesta sebagai “laboratorium” utama sehingga menghilangkan persepsi bahwa belajar harus dilakukan dengan duduk manis didalam kelas, menyimak, dan mendengarkan pelajaran dari guru saja. Sebaliknya, kegiatan belajar dilakukan lewat cara yang atraktif dan menyenangkan sehingga mampu menarik minat anak didik untuk mencari ilmu secara langsung bersentuhan dengan alam mencoba mengajak siswa untuk mengasah kepekaan terhadap lingkungan, memaknai konsep fitrah, dimana sekolah bukan lagi sebagai beban sesuai dengan realitas kehidupan karena ilmunya dapat diperoleh dari alam sendiri lalu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
Pada kenyataannya, sekolah-sekolah biasa labih banyak menggunakan sistem belajar mengajar konvensional dimana guru menerangkan dan siswa mendapat pengetahuan dengan mengandalkan buku panduan saja. Para peserta didik jarang diberikan kesempatan untuk mengalami langsung bentuk pengetahuan yang mereka pelajari dengan aturan yang berlaku tidak seketat sekolah biasa mendapat hukuman jika tidak mengerjakan tugas, dengan demikian tercipta situasi belajar yang menyenangkan , dukungan komunikasi yang hangat antara guru dan siswa memudahkan anak dalam beradaptasi dan memahami dirinya sendiri.
Sebagai pertanggung jawaban terhadap anak didik sebagai sekolah alam yang tetap menerapkan kurikulum nasional lazimnya memberikan laporan dalam dua bentuk berupa rapor yang berisi nilai akademis siswa seperti halnya sekolah umum orang tua juga diberi rapor yang berisi deskripsi mengenai perkembangan anak, non akademis anak melalui kunjungan guru ke tempat tinggal siswa.
Dimana didalam konsep system pendidikannya menerapkan pemahaman bahwa alam semesta sebagai “laboratorium” utama sehingga menghilangkan persepsi bahwa belajar harus dilakukan dengan duduk manis didalam kelas, menyimak, dan mendengarkan pelajaran dari guru saja. Sebaliknya, kegiatan belajar dilakukan lewat cara yang atraktif dan menyenangkan sehingga mampu menarik minat anak didik untuk mencari ilmu secara langsung bersentuhan dengan alam mencoba mengajak siswa untuk mengasah kepekaan terhadap lingkungan, memaknai konsep fitrah, dimana sekolah bukan lagi sebagai beban sesuai dengan realitas kehidupan karena ilmunya dapat diperoleh dari alam sendiri lalu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari